HADIAH TERINDAH UNTUKMU "IBU"
Aku adalah anak dari orang tua yang
sederhana. Aku lahir dari seorang wanita yang biasa, yang bisa marah dikala aku
nakal dan bisa tersenyum dikala aku membuatnya senang. Aku juga punya ayah yang
biasa, bukan pejabat ataupun direktur. Tapi saat umurku 10 tahun, ayahku
meninggal dunia karna kecelakaan
Aku adalah anak tunggal. Aku hanya
tinggal berdua dengan ibu. Ibuku pernah bercerita padaku, dulu aku hampir meninggal
saat aku lahir.
“nduk, jangan nakal-nakal nduk, cukup waktu itu
saja ibu merasakan takut kehilangan kamu, jangan sampai terulang kembali”
Aku kaget mendengar ibu berbicara seperti itu,
langsung aku jawab,
“maksutnya ibu itu apa? Kok ngawor,emang ada
kejadian apa?”
“ia nduk, waktu itu ibu melahirkan kamu, kamu
lahir dalam keadaan yang ditidak normal. Dokterpun kawatir kalau kamu akan
meninggal saat itu juga, karna kamu waktu itu sangat lemah. Tetapi, ibu selalu
berdoa nduk agar kamu bisa bertahan hidup”
“terus,?” langsung aku potong
“mungkin ini mukjizat tuhan nduk, buat kamu.
Satu hal waktu itu yang ibu janjikan dulu buat kamu nduk”
“apa bu?”
“kamu jadi anak nakal tidak apa-apa, asalkan
kamu hidup. Itu janji ibu. Tapi ibu mohon jangan nakal ya nduk”
“ibu, kenapa mesti berjanji seperti itu”
“ibu tidak mau nduk, kehilangan kamu”
Sejak ibu cerita masalah ini kepadaku,
aku tau selama ini ibu tidak pernah melarangku berbuat apapun, ini semua karna
janjinya pada tuhan dan juga pada ku. Sungguh aku sangat mencintaimu ibu.
Pernah
suatu ketika, aku terpaksa berbohong kepada ibu. Aku mencuri uang didompetnya
sebanyak tiga ratus ribu. Hanya untuk bersenang-senang sama teman-temanku.
Padahal itu uang untuk belanja selama satu bulan. Tak ada penyesalan sedikitpun
waktu itu buatku
Semakin
hari kehari, sifatku tidak pernah berubah. Manja, boros, malas dan tidak bisa
menjadi dewasa. Padahal sudah mau berajak untuk lulus SMA.
Penyesalan yang sangat aku sesali yaitu, aku pernah
terjerumus pada obat-obatan terlarang, aku hampir menjual diri hanya untuk
membeli obat-obat itu. Tapi untungnya, aku mempunyai sahabat yang baik, selalu
menasehatiku meskipun aku tidak pernah mendengarnya. Disaat itu, aku sadar
kalau perbuatanku benar-benar fatal.
Perlahan, ibu mengetahui semuanya,
tetapi beliau tidak pernah marah kepadaku, dia hanya menasehatiku,
“kamu kenapa nduk, kok jadi liar seperti ini”
ucapnya lembut
Aku tetap tidak menjawab, aku hanya diam.
“nduk. Apa kurang kasih sayang dari ibu? Ayo
nduk, bilang”
“ana, tidak apa-apa bu, ana cuma khilaf”
“ibu maklumi nduk, kamu anak ibu satu-satunya,
harta ibu yang paling berharga, ayahmu sudah meniggal, jadi ibu tidak mau
kehilangan mu. Ayo nduk ubah sikapmu, jadilah anak yang dewasa dan mandiri
nduk.”
Tanpa disadari air
mataku menetes perlahan,
menyesali semua yang kulakukan, anak macam apa aku ini, yang tidak tauu
diuntung, yang mempunyai ibu sebaik itu. Aku segera minta maaf dan memeluk ibu.
Keeokan
harinya, aku berangkat sekolah.
“nduk, makan dulu terus pulangnya jangan
malam-malam, ibu mau melihat anakku yang paling cantik ini membantu ibu memasak
nanti sore”
“iya bu, ana janji”
Sepertinya beliau sangat senang dengan awal
perubahanku ini.
“ana, berangkat bu”
Aku mencium tangan ibu yang sangat lembut dan
halus itu,
“ana” Ibu memanggilku.
“iya bu, ada apa lagi?” aku menghampiri
“ibu mau memelukmu nduk, dan mencium keningmu, takut nanti tidak
sempat”
Beliau memelukku dengan penuh kasih sayang.
Damai nan tenang dihati
Sepulang
sekolah, aku langsung mencari ibu. Dan memanggilnya, tidak ada jawban satupun, aku
kekamar beliau. Ternyata ibu tidur
“ibu” aku membangunkannya dengan perlahan
“nduk, kamu sudah pulang.?
“iya”
“nduk, ingatkah hari apa ini?
“jum’at bu”
Beliau tersenyum
“kamu tidak ingat nduk, ini hari ulang tahun
ibu”
“yang benar?” aku lansung mengingat tanggal.
Ternyata memang betul. “maaf bu, ana lupa”
“ndak apa-apa nduk, ibu Cuma minta dua hadiah
dari kamu nduk”
“Apa itu bu”
“cepat ambil wudhu’ dulu”
Aku segera mengambil wudhu’ dan bergegas kekemar
ibu,
“ibu minta hadiah apa?”
“bacakan surat yasin buat ibu, ibu ingin
mendengar suara merdumu saat mengaji”
Tanpa berpikir, aku langsung mengambil
al-qu’an dan membacanya, aku hayati ayat demi ayat, aku usahakan agar suaraku
semerdu mungkin. Rasanya sejuk damai dan tenang dihati. Entah kenapa tiba-tiba
aku merasa takut, takut sekali. Kenapa ini? Terus aku baca sampai selesai.
“nduk, satu lagi permintaan ibu”
“apa bu”
“bacakan azan ditelinga ibu nduk”
Aku semakin bingung, dan semakin takut. Ku
bacakan ketelinga ibu dengan perlahan dan penuh takut. Setelah selesai, ku liat
wajah ibu. Wajah yang penuh sinar. Ternyata ibu sudah tidur. Aku kecup
keningnya dan aku bangunkan kembali ibu.
“ibu,,, semua hadiah yang ibu minta, sudah aku
kasih, bu. Bangun bu... ibu mau makan apa?” Tetap tidak bangun, aku tanya lagi.
Ibu tetap tidak bangun, aku tanya lagi dengan berulang-ulang.
Aku takut, dan semakin takut. Akhirnya,
aku pegang urat
nadi
tangannyanya dan nafasnya. Innalillahi wa innalillahi rajiun.
Ternyata ibu sudah meninggal. Aku peluk ibu, aku menangis bersedu-sedu, menangis
penuh penyesalan dan sangat menyesal sekali.
“ya Allah tempatkan
ibumu disurgamu yang paling indah”
SEKIAN.