PYARRR.
. . Suara keras membuyarkan lamunanku, semua orang tertuju pada suara itu,.
Suara keributan di tengah keramaian orang.
Aku
menoleh kearah suara itu, suara gelas pecah. Seorang telah ceroboh memecahkan
gelas di keramaian orang. Dia dan pelayan acara pernikahan itu sibuk
membereskan gelas pecah itu, sudah beberapa saat semua orang sudah tidak peduli
dengan kejadian itu,.Mereka hanya menoleh sebentar kemudian tak peduli lagi
mereka menganggap hanya kecelakaan kecil saja, yah.. begitu lah sikap orang
kota “gak pernah peduli” aku datang menuju keributan itu, mencoba
menolong, seorang laki-laki dan pelayan
muda sudah hampir selesai membereskan pecahan gelas itu. aku tak perlu membantu
lagi, aku hanya memperhatikan mereka saja dan beberapa detik kemudian sudah beres membersihkan pecahan itu.
“Terimakasih
ya mas”
“Sama-sama
mas”
pelayan
itu langsung pergi begitu saja meninggalkan pemuda tersebut, sepertinya aku
tidak perlu sok peduli hanya karna kecelakaan kecil itu. aku melanjutkan
aktifitasku. Melihat pengantin pria dan wanita menuju kepelaminan. Pengantin
wanita yang aku kenal akrab dengan ibu Resti, guru fisika yang paling baik
disekolah, hari ini dia cantik sekali. Sudah 1 tahun tidak bertemu beliau
ternyata tidak berubah masih terlihat anggun, dan pengantin pria pak yogi guru
Agama islam yang terkenal dengan hadisnya itu sekarang duduk diatas pelaminan
bersama ibu resti, guru yang mempunyai kepribadian baik sekali, keduanya cocok
sama-sama baik, cantik dan ganteng. Apalagi pak yogi yang tambah gagah. Yang
merupakan salah satu guru yang paling tampan di sekolah. Ah…
mereka bener-bener serasi Ucapku
dalam hati.
“Hei
Riska” Suara itu mengagetkan ku, aku langsung menoleh kearah suara itu.
“Rendy?”
aku
tersenyum kecil, Dia.. teman SMA ku,
sekaligus cinta pertamaku.
“Apa
kabar? Kamu diundang juga?”
“Baik,
Alhamdulillah, jadi tadi kamu yang mecahin gelas?? (Ketawa kecil) seminggu yang
lalu bu resti datang kerumahku, disuruh nyebarkan undangan ke teman-teman, aku
ga tau kalo kamu juga diundang. Kamu apa kabar?”
“hahah..
Cuma kecelakaan kecil. Iya aku Baik juga, aku di undang pak yogi, gimana
kuliahnya?”
“ya
lancar-lancar saja, kemana aja kok ga ada kabar?”
“aku
juga sibuk kuliah” jawabnya datar
“oh
iya..kamu kan pernah bilang kalo nanti kuliah, kamu mau fokus dulu ma kuliah
kamu, ga mikir yang lain. Sampai-sampai emailku juga di abaikan ya.. saking
sibuknya calon dokter ini”
“Iya
sorry ya..” katanya pelan
“gapapa
kok”
“Nomor
hape mu kenapa ganti?” jawabku agak ragu
“Kemarin
hapeku hilang, jadi semua kontak hilang”
“Tapi
Apakah…… (kamu tidak mencoba
menghubungiku saat itu.. atau emang kamu ga pernah ada perasaan sama aku? Atau
kamu sudah punya orang yang kamu sukai? Dan itu bukan aku? Benarkah begitu?“
Ucapku dalam hati.
“Tapi
kenapa ris?
“oh
tidak apa-apa”
“sudah
dulu ya,lanjut kapan-kapan lagi, aku mau ke pak yogi dulu, lalu pamit pulang,
aku harus ketemu dosen ku malam ini buat ACC”
“iya
Ren” jawah ku kecewa
Rendy
melangkah menuju pak yogi, dan tiba-tiba dia menghentikan langkahnya dan berjalan
menuju arahku,
“Hari
ini kamu cantik, tunggu aku ya. Aku pasti akan menemui kamu lagi. PASTI”
katanya sambil tersenyum dan beberapa menit kemudian dia hilang begitu saja,
bahkan dia tidak minta nomor hapeku. Aku agak sedikit putus harapan disini. Aku
ga yakin kalo rendi juga suka sama aku. Tapi “tunggu aku, aku pasti akan
menemui kamu lagi” maksutnya apa? Apakah dia mau menyakatan cintanya sama aku?
Tapi kapan?? Sampai saat ini pun
peasaanku sama dia tidak sedikitpun berubah, bahkan tak satupun cowok yang aku
terima demi menunggu rendy menyatakan persaannya padaku, Tapi kenapa dia juga
tak sedikitpun membuka harapan padaku. Disini aku mulai putus asa. . .
***
Kejadian
diacara pernikahan bu Resti sama pak Yogi kemarin masih jadi pikiran, lebih
tepatnya kepikiran rendy.
Tittt..
Sms hape ku berbunyi
“Hai
Ris, dimana, bisa ketemu. Aku tunggu di kantin ya?”
sms
dari kakak angkatan Mas Tofan, dia sudah satu tahun ini perhatian sama aku, dan
aku tak pernah memperdulikan perhatiannya Mas Tofan sama aku, Gosip di kampus
kalo aku jadian sama Mas Tofan itu juga aku abaikan, aku anggap itu angin lalu
yang tak perlu ditanggapi serius,. Mungkin mereka tidak ada bahan pembicraan
lain untuk dijadikan gosip mingguan atau bulanan atau entahlah.. aku tidak
peduli hal itu..
Karena
menghargai dan menghormati Mas Tofan, aku datang ke kantin, aku ga pernah
menolak permintaannya untuk bertemu. Bahkan bisa dibilang kita sering jalan.
Tapi aku sama sekali tidak ada perasaan sama Mas Tofan, aku sudah menutup
hatiku buat orang lain kecuali Rendy.
Siank
itu aku bersama mas Tofan di kantin, seperti biasa aku berbicara tentang mata
kuliah ku dan Mas Tofan juga begitu, kita tidak pernah bicara hal lain kecuali
bicara tentang kuliah masing-masing. Mas tofan selalu membantu ku saat aku
kesulitan dengan mata kuliah yang aku pelajari, tapi sekali lagi aku tetap
tidak isa membuka perasaanku sama mas tofan, walaupun tema-temanku bilang kalau
mas tofan suka sama aku, aku tidak sedikitpun punya perasaan suka..
Pulang
Kuliah dan berangkat kuliah pun aku selalu barenag Mas Tofan, tapi itu karna
rumah kita searah. Bukan karena ada janjian atau gimana.
sepulang
kuliah aku ketemu Rara, dia teman baikku di kelas ekonomi,
“Eh
Ris, kenapa ga terima aja sih mas Tofan, dia itu sudah ganteng, pinter lagi,
bentar lagi dia itu mau diangkat jadi assisten dosen loh, rugi kalo kamu nolak
dia”
“Emangnya
mas tofan suka sama aku?”
“masak
kamu ga sadar sih, iya dia suka sama kamu, Kamu jadi orang ga peka banget sih”
“Aku
masih nunggu Rendy Ra.. Aku ga ada perasaan apa apa sama mas Tofan, lagian mas
tofan tidak pernah mengunggapkan perasaan nya sama aku kalo dia suka ma aku,
apanya yang harus diterima?”
“Rendy
itu tidak jelas juntrungannya ris,, Move On ris. Sudah ada mas tofan yang lebih
baik dari pada rendy”
“Kamu
tau apa tentang rendy? Perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan ra”
Rara
diam.. dan aku pun langsung dijemput oleh mas Tofan
“Aku
pulang dulu ra”
“iya”
jawab rara lirih
aku
tau rara pasti kesel sama perkataanku tadi yang agak sedikit kasar, aku juga
bingung kenapa sampai rara pun teman dekatku bisa ngomong hal semacam ini.
Selama diperjalanan aku hanya diam, ga ada satu kata pun aku lontarkan tidak
seperti biasanya, aku juga bingung kenapa, perasaan ini… entah kapan berubahnya
menjadi dingin kaku seperti ini berada didekat mas tofan,
“Kamu
Kenapa ris? Ada masalah ma kuliahnya?”
“Ga
ada mas” kataku kaku… aku kenapa
ini? Kenapa tiba-tiba kaku begini
“Kamu
sakit?”
“Ga”
kataku cuek
“kamu
beda hari ini, Aku punya salah ya ris?”
“ga
salah apa-apa kok”
“terus
ada apa?”
“ga
apa-apa”
suasana
kembali sunyi…
“Ris,aku
suka sama kamu” Aku diam.. aku ga kaget mendengarnya
“Ris
kamu masih mendengarkan aku kan? Kamu mau jadi pacarku?”
Dan
aku Mengangguk sambil Ragu.. dan hari itu menit itu detik itu aku sudah mau
mulai melihat kedepan, aku tidak mau mengaharapkan rendy yang bahkan tidak
pernah menghubungiku lagi. Bahkan dia suka sama aku pun aku juga tidak tau. Aku
mencoba membuka hatiku untuk mas tofan..
***
Sudah
2 tahun aku jadian sama mas tofan, dan semuanya lancar tidak ada hambatan,
hubungan kita sama seperti kita dulu, baca buku, sharing, dan belajar bersama,
dan aku sangat menikmatinya. Walaupun perasaanku belum sepenuhnya untuk mas
tofan.
Dan
saat itu juga mas tofan melamarku, tepat di hari jadian kita yang 2 tahun, aku
menerimanya walau perasaanku masih ragu, aku ga mungkin menyakiti perasaan mas
tofan yang sebaik itu, tidak mungkin. Dan 1 bulan lagi kita akan menikah…dan
aku ga tau sudah siap apa tidak.
3
Minggu menjelang pernikahanku, seseorang mengirimku surat dan mengajak bertemu
di sebuah kafe dan dia adalah Rendy
“Hai
Ris”
“Hai…”
aku kaget bukan main, perasaan senang ini, perasaan deg degan ini muncul
tiba-tiba tidak tau arahnya dari mana. Tapi…
“apa
kabar?” tanyaku basa-basi
“baik”
katanya sambil tersenyum.. senyumnya
manis sekali. Oh astaufirwah.. ini ga boleh terjadi, ingat riska,.. kamu sudah
mau menikah. Lirih ku dalam hati
“ada
hal penting apa yang mau di omongin?”
“Ris..(katanya
sambil menatapku dan perasaan deg degan itu muncul kembali) selama ini aku
kuliah 5 tahun untuk jadi dokter, dan harapanku untuk jadi Mhasiswa terbaik
sudah aku raih, kamu ingat? Aku pernah bilang akan focus kuliah dulu, setelah
itu aku akan menemui kamu, selama ini aku focus kuliah demi kamu, aku sudah
janji akan menemui kamu setelah aku wisuda. Dan sekarang aku sudah jadi dokter
ris”
“kamu
senang?”
“ya
jelas aku sangat senang, aku kesini menemu kamu, untuk menyatakan perasaanku
padamu. Selama 6 tahun ini, aku sudah memendam perasaan suka padamu. Baru kali
ini aku berani mengatakannya. Ris.. maukah kamu menikah denganku?”
“apa
sekrang kamu bahagia?” jawabku sambil berkaca-kaca
“iya..
aku bahagia sudah bisa menyakatan ini padamu”
“apa
kamu lebih mementingkan Kuliah mu dari pada perasaanmu? Ataupun perasaanku?
Selama ini kamu kemana? Kenapa baru sekarang kamu datang menemui ku, kenapa
disaat aku mengaharapkan kamu datang padaku, kamu tidak ada kabar, bahkan email
ku tidak pernah kamu balas. Kenapa baru sekarang ren?” jawabku bersedu-sedu
tidak bisa menahan air mata.
“apakah
aku sudah terlambat?”
aku
diam.. aku menangis, tidak berani menatap Rendy.
“siapa
laki-laki itu?” aku hanya diam tak bisa berkata apa-apa..
“ini
undangan pernikahanku, (sambil mengulurkan undangan pada rendy) aku menyukai mu
ren, tapi itu dulu..” Rendy berkaca-kaca dan akhirnya dia juga menangis
dihadapanku
“aku
menunggu mu.. tapi ga tak kunjung datang, wanita mana yang mau menunggu
ketidakpastian selama 9 tahun, sejak SMA? Aku sudah menutup pintu hatiku buat
orang lain demi kamu, tapi kamu tidak kunjung datang. Saat itu aku mulai putus
asa.. aku minta maaf”
Rendy
diam dan aku pun langsung bergegas mengambil tas beranjak pergi dari rendy, aku
mencoba tersenyum dan mengusap air mataku.
“mungkin
kita tidak jodoh, datang ya ke pesta pernikahanku”
Aku
langsung bergegas pergi meninggalkan rendy sendirian di kafe itu…