Selasa, 02 Juli 2013

KAMU TIDAK SENDIRIAN


Waktu itu hari Minggu, pagi nya aku, Filza, Nindia, Tika, Adhis dan mb Rinda belajar kalkulus. Belajar nya dirumah Tika. Waktu itu aku naik bemo untuk bisa kerumah tika.. Setelah nyampek rumahnya tika, Aku kaget lihat kondisi rumahnya tika, aku kira isu itu ga terlalu benar kalau tika tinggal sendirian dirumah. Ternyata benar dia tinggal sendirian di rumahnya tanpa ada sepupu atau pun saudaranya yang menemaninya.. kamu tau kenapa itu kawan? Dia seorang batang kara. Menyesakkan aku melihatnya, awalnya aku mencoba tegar lihatnya, mencoba biasa-biasa saja.. “Alah paling tika juga ada yang nemenin, kalau ga saudara, sepupu atau siapapun, ga mungkin kan saudaranya membiarkan tika tinggal sendirian tanpa orang tua?” itulah yang ada dipikiranku waktu itu.. tapi tau kah kamu kawan, apa yang terjadi?
Setelah belajar kalkulus, aku Sengaja nginep dirumahnya tika, Alasannya Ga ada bemo yang mau balik ke kos, dari pada malam dijalan, diculik orang atau gimana (Berpikir negative) amannya aku ginep saja dirumahnya tika..
Ya.. Aku mencoba bertanya ma dia, apa ga ada yang mau tinggal sama kamu? Dia bilang ga ada, mereka punya kehidupan sendiri-sendiri. Oh tuhan waktu itu aku tidaj tau apa yang ada dipiran orang sekuat tika.. aku masih beruntung di banding dia
L Salah besar kalau aku ga pernah bersyukur pada-Nya
Aku Salut aku bangga orang seperti dia bisa setegar ini, aku mencoba Tanya lagi yang lebih pribadi..
“Sejak kapan kamu Tinggal sendirian?”
“Sejak Kelas 2 SMP”
Sejak kelas 2 SMP? selama 6 tahun hidup tinggal sendirian dirumah? Disini pintu hatiku terbuka lagi.. aku semakin bersyukur atas karunia yang Allah berikan padaku.. Kelas 2 SMP masa anak-anak yang butuh perhatian butuh pengarahan buat masa depan sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya.. Aku mendengarkan aja sudah tidak sanggup apalagi menjalani, Sepuluh jempol buat kamu Tika…
Aku kembali bertanya, disini aku agak kepo, karna penasaran,
“Kamu bisa hidup 6 tahun dirumah sendirian? Apa kamu kuat? Apa bisa?”
“Awalnya mentalku ga sekuat ini yun, aku awalnya nangis-nangisan. Tapi apa iya aku harus gini terus? Ya aku mencoba tegar yun, ya buktinya sampe sekarang aku masih  bisa bertahan hidup. Ya aku kadang kerumah mamaku yun”
“mama?”
“saudaranya ibuku, aku panggil mama yun, dia yang membiayai sekolahku”
Disini pikiran dan perasaan ku agak sedikit menurun, lega lah dengar nya.. tenyata masih ada saudaranya tika yang peduli, tapi emangg seharusnya peduli sih.. kan saudara.
J
“terus kok bisa ibu dan bapakmu meninggal?” pertanyaanku lebih personal kali ini.. sebenanya aku takut nanya ini, takut tika tersinggung, tapi dia menjawab dengan enteng,
“Sebenarnya, aku itu ga tau wujud bapakku yun, aku itu di tinggal dari kecil sama bapakku. Katanya bapakku nakal suka minum-minuman begitulah.. jadi ya dari kecil aku ga tau sama bapakku, aku tinggalnya sama ibu”
“terus ibumu?”
“ibuku komplikasi yun”
Oh Tuhan,, kok ada ya cerita se pilu ini, awalnya pengen nangis, tapi aku tahan. Bayangkan 6 tahun tinggal dirumah sendirian. Aku ga bisa kayaknya..
 “kamu ga takut tik, tinggal dirumah sendirian?”
“Ngapain takut, tapi kadang takut ketika hujan datang, bocor yun dan aku sendirian pula”
Aku diam
“kadang aku pernah berpikir mau nikah yun, biar ada menemani”
Iya.. nikah ! itu ide yang cemerlang. Tapi kan masi kuliah. Masak iya mau nikah pas masih kuliah, bentroan nantinya. Nikah memang ide yang bagus mengatasi kegalauan, kesendirian, dan kesedihan. Supaya bisa berbagi cerita satu sama lain, tapi aku kira belum waktunya untuk nikah, tapi  ada baiknya juga.. ya itu tergantung tika. Aku mendukung kalau masalah nikah ini, karna dia juga butuh teman di rumahnya. Semoga Allah memberikan yang terbaik saja. #amin
***
Waktu itu aku  solat magrib dan ketepatan malam itu malam nifsuSa’ban malam dimana tutupnya buku amalan manusia dalam satu tahun ini dan membuka lembaran baru, sudahnya solat Aku ngaji yasin 3x karna sudah kebiasaan dirumah waktu malam nifsu sa’ban seperti itu, dan saat aku selesai ngaji tika mengatakan,
“Ajarin aku ngaji yun”
aku tercengang, ajari aku ngaji? Masak iya sudah kuliah ga bisa mengaji? Apa dia ga pernah belajar ngaji? Tapi kenapa status di Facebook dia sharekebanyakan tentang Al-qur’an? Yang benar yang mana? Banyak pertanyaan dipikiranku..
“tika ga bisa ngaji?”
“nggak, aku ga tau tajwidnya”
“terus kalo solat kan baca suratnya dari al Qur’an juga”
“kalo yang itu aku hafalan, aku putus ngaji sejak SMP. Jadi hanya hafalan surat aja, ga sampe baca al-Qur’annya, jadi aku ga tau tajwidnya, ajarin aku ya?”
“iya nanti aku ajari sudahnya UAS ya?”
“ia”
Kawan.. ini dia yang aku kawatirkan, tinggal sendirian ga ada orang tua, ga ada pengawasan intensif, tika ga bisa ngaji, bukannya ga bisa sih, mungkin dia bisa tapi sulit memahami tajwidnya. Dan aku disini sudah berjanji untuk mengajari tika ngaji sampai bisa. Bagaimana bisa aku membiarkan temanku yang satu agama dan sudah lama ditinggal orang tuanya aku biarkan dia ga bisa baca al-Qur’an, aku gamau ini terjadi. Setidaknya baca surat yasin dulu lah, biar tika bisa baca surat pengantar buat kedua orang tuanya. Suapaya orang tuanya bisa tenang dan tersenyum bahagia walaupun belum sempat mengajari anaknya ngaji.  
Ini tugasku, mengajari tika ngaji sampai bisa.. semoga proses nya cepat
***
hari kedua aku juga tinggal dirumah tika, alasannya kenapa? Karna aku kasian lihat tika tinggal sendirian dirumah. Jadi aku ajak semua anak-anak untuk belajar lagi dirumah tika biar suasananya rame..
“enak ya, rame ! seneng aku. Biasanya pulang-pulang sudah ga ada orang”
Begitu kata tika pas kita belajar dirumahnya, Aku tersenyum sedikit. Meski yang lain sibuk sendiri-sendiri.
Malam harinya aku juga nginep dirumah tika, dan sengaja kali ini aku nginep karena mau nemenin tika dirumah. Lagian di kos aku juga ga ada kerjaan.
Dan aku bertemu dengan “Kanza” Keponakannya tika, dia lucu, cantik, imut dan unyu-unyu.
Eh pas kanza main kerumahnya tika, ada ibunya kanza menjemput “ayuk pulang” begitu perintahnya, tanpa senyum sedikitpun, padahal sudah aku sapa pake senyum manis-manis malah dicuekin, ga disenyumin sama sekali, “Tuh orang judes banget” Lirihku dalam hati…
Nah pas kanza pulang dan ibunya juga pulang, aku langsung Tanya ma tika, “Tik, Ibunya kanza tuh kenapa? Aku nyapa ga senyum senyumnya sekali”
“iya orangnya begitu yun, dari dulu, sekrang masih mendingan yun”
“oh.. iya ta?”
“iya yun, dia tuh pelit ma aku, padahal uda tau kan aku orangnya kayak gini. Terus kalau dia punya makanan dikulkasnya dan sudah lama ga di makan baru dikasih ma aku, aku ya ga mau yun. Contohnya kayak kue tar, suruh ambil di kulkas, padahal sudah keras. Ya aku bilang aja ga suka, sebenarnya aku suka yun. Tapi sapa yang mau makan kue tar yang uda keras”
“tega banget ya tuh orang”
“iya yun, sekarang agak mending, karena sudah tegor ma mama yun, tapi tetap aja orangnya kalau ada makanan yang sudah dia ga suka baru dikasih ma orang”
“Itu pelit namanya”
Orang seperti tika, masih ada yang gituin? Ga ingat apa, dia yatim piatu ! tuh orang ga tau adab, masak iya orang sudah tinggal sendirian, ga punya orang tua, masih pelit ma tika. Ga berperimanusian, padadal sudah sekolah sarjana. Tapi kelakuannya sama persis seperti anak SD yang ga pernah lulus lulus..
Hari kedua nginep dirumah tika, aku ga bisa tidur, entah apa yang aku pikirkan waktu itu. Rasanya berat untuk tidur. Tepat jam 1 malam, mataku masih belum bisa merem dan tokek yang ada dirumahnya tika bunyi terus menerus, membuatku tambah ga bisa tidur.. kenapa pas hari pertama aku nginep dirumahnya tika, tokeknya ga bunyi? Kenapa pas hari kedua tokeknya bunyi? Banyak pertanyaan! Aku merinding.. takut, tika tidur pulas, tika pernah cerita ma aku kalau tokeknya selalu berbunyi setiap hari, ga pernah berhenti, tapi pas aku nginep pertama kalinya tokeknya tidak bunyi sama sekali. Bunyinya membuatku ga bisa tidur. Mungkin tokek itu yang menjadi taman tika selama ini…
Banyak pertanyaan yang membingungkan, mungkin ini Cuma mitos ! dan aku yakin kalau tokek itu berbunyi untuk menemani tika.
Dan aku juga yakin, tika ga pernah sendirian, ada Allah yang selalu menjaganya dimanapun dia berada.
Semoga dia kuat menjalani semua kehidupan ini, hidup tanpa kedua orang tua. Semoga dia sabar, tabah kuat dan meningkatkan imannya untuk kebahagian kedua orang tuanya di alam Sana. #Amin

*Bersambung…………….

Diambil Dari kisah nyata, “ATIKA RATNASARI”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar