Senin, 08 Juli 2013

AKU MEMILIH SETIA


PYARRR. . . Suara keras membuyarkan lamunanku, semua orang tertuju pada suara itu,. Suara keributan di tengah keramaian orang.
Aku menoleh kearah suara itu, suara gelas pecah. Seorang telah ceroboh memecahkan gelas di keramaian orang. Dia dan pelayan acara pernikahan itu sibuk membereskan gelas pecah itu, sudah beberapa saat semua orang sudah tidak peduli dengan kejadian itu,.Mereka hanya menoleh sebentar kemudian tak peduli lagi mereka menganggap hanya kecelakaan kecil saja, yah.. begitu lah sikap orang kota “gak pernah peduli” aku datang menuju keributan itu, mencoba menolong,  seorang laki-laki dan pelayan muda sudah hampir selesai membereskan pecahan gelas itu. aku tak perlu membantu lagi, aku hanya memperhatikan mereka saja dan beberapa detik kemudian  sudah beres membersihkan pecahan itu.
“Terimakasih ya mas”
“Sama-sama mas”
pelayan itu langsung pergi begitu saja meninggalkan pemuda tersebut, sepertinya aku tidak perlu sok peduli hanya karna kecelakaan kecil itu. aku melanjutkan aktifitasku. Melihat pengantin pria dan wanita menuju kepelaminan. Pengantin wanita yang aku kenal akrab dengan ibu Resti, guru fisika yang paling baik disekolah, hari ini dia cantik sekali. Sudah 1 tahun tidak bertemu beliau ternyata tidak berubah masih terlihat anggun, dan pengantin pria pak yogi guru Agama islam yang terkenal dengan hadisnya itu sekarang duduk diatas pelaminan bersama ibu resti, guru yang mempunyai kepribadian baik sekali, keduanya cocok sama-sama baik, cantik dan ganteng. Apalagi pak yogi yang tambah gagah. Yang merupakan salah satu guru yang paling tampan di sekolah.  Ah… mereka bener-bener serasi Ucapku dalam hati.
“Hei Riska” Suara itu mengagetkan ku, aku langsung menoleh kearah suara itu.
“Rendy?”
aku tersenyum kecil, Dia.. teman SMA ku, sekaligus cinta pertamaku.
“Apa kabar? Kamu diundang juga?”
“Baik, Alhamdulillah, jadi tadi kamu yang mecahin gelas?? (Ketawa kecil) seminggu yang lalu bu resti datang kerumahku, disuruh nyebarkan undangan ke teman-teman, aku ga tau kalo kamu juga diundang. Kamu apa kabar?”
“hahah.. Cuma kecelakaan kecil. Iya aku Baik juga, aku di undang pak yogi, gimana kuliahnya?”
“ya lancar-lancar saja, kemana aja kok ga ada kabar?”
“aku juga sibuk kuliah” jawabnya datar
“oh iya..kamu kan pernah bilang kalo nanti kuliah, kamu mau fokus dulu ma kuliah kamu, ga mikir yang lain. Sampai-sampai emailku juga di abaikan ya.. saking sibuknya calon dokter ini”
“Iya sorry ya..” katanya pelan
“gapapa kok”
“Nomor hape mu kenapa ganti?” jawabku agak ragu
“Kemarin hapeku hilang, jadi semua kontak hilang”
“Tapi Apakah…… (kamu tidak mencoba menghubungiku saat itu.. atau emang kamu ga pernah ada perasaan sama aku? Atau kamu sudah punya orang yang kamu sukai? Dan itu bukan aku? Benarkah begitu?“ Ucapku dalam hati.
“Tapi kenapa ris?
“oh tidak apa-apa”
“sudah dulu ya,lanjut kapan-kapan lagi, aku mau ke pak yogi dulu, lalu pamit pulang, aku harus ketemu dosen ku malam ini buat ACC”
“iya Ren” jawah ku kecewa
Rendy melangkah menuju pak yogi, dan tiba-tiba dia menghentikan langkahnya dan berjalan menuju arahku,
“Hari ini kamu cantik, tunggu aku ya. Aku pasti akan menemui kamu lagi. PASTI” katanya sambil tersenyum dan beberapa menit kemudian dia hilang begitu saja, bahkan dia tidak minta nomor hapeku. Aku agak sedikit putus harapan disini. Aku ga yakin kalo rendi juga suka sama aku. Tapi “tunggu aku, aku pasti akan menemui kamu lagi” maksutnya apa? Apakah dia mau menyakatan cintanya sama aku? Tapi kapan?? Sampai  saat ini pun peasaanku sama dia tidak sedikitpun berubah, bahkan tak satupun cowok yang aku terima demi menunggu rendy menyatakan persaannya padaku, Tapi kenapa dia juga tak sedikitpun membuka harapan padaku. Disini aku mulai putus asa. . .
***
Kejadian diacara pernikahan bu Resti sama pak Yogi kemarin masih jadi pikiran, lebih tepatnya kepikiran rendy.
Tittt.. Sms hape ku berbunyi
“Hai Ris, dimana, bisa ketemu. Aku tunggu di kantin ya?”
sms dari kakak angkatan Mas Tofan, dia sudah satu tahun ini perhatian sama aku, dan aku tak pernah memperdulikan perhatiannya Mas Tofan sama aku, Gosip di kampus kalo aku jadian sama Mas Tofan itu juga aku abaikan, aku anggap itu angin lalu yang tak perlu ditanggapi serius,. Mungkin mereka tidak ada bahan pembicraan lain untuk dijadikan gosip mingguan atau bulanan atau entahlah.. aku tidak peduli hal itu..
Karena menghargai dan menghormati Mas Tofan, aku datang ke kantin, aku ga pernah menolak permintaannya untuk bertemu. Bahkan bisa dibilang kita sering jalan. Tapi aku sama sekali tidak ada perasaan sama Mas Tofan, aku sudah menutup hatiku buat orang lain kecuali Rendy.
Siank itu aku bersama mas Tofan di kantin, seperti biasa aku berbicara tentang mata kuliah ku dan Mas Tofan juga begitu, kita tidak pernah bicara hal lain kecuali bicara tentang kuliah masing-masing. Mas tofan selalu membantu ku saat aku kesulitan dengan mata kuliah yang aku pelajari, tapi sekali lagi aku tetap tidak isa membuka perasaanku sama mas tofan, walaupun tema-temanku bilang kalau mas tofan suka sama aku, aku tidak sedikitpun punya perasaan suka..
Pulang Kuliah dan berangkat kuliah pun aku selalu barenag Mas Tofan, tapi itu karna rumah kita searah. Bukan karena ada janjian atau gimana.
sepulang kuliah aku ketemu Rara, dia teman baikku di kelas ekonomi,
“Eh Ris, kenapa ga terima aja sih mas Tofan, dia itu sudah ganteng, pinter lagi, bentar lagi dia itu mau diangkat jadi assisten dosen loh, rugi kalo kamu nolak dia”
“Emangnya mas tofan suka sama aku?”
“masak kamu ga sadar sih, iya dia suka sama kamu, Kamu jadi orang ga peka banget sih”
“Aku masih nunggu Rendy Ra.. Aku ga ada perasaan apa apa sama mas Tofan, lagian mas tofan tidak pernah mengunggapkan perasaan nya sama aku kalo dia suka ma aku, apanya yang harus diterima?”
“Rendy itu tidak jelas juntrungannya ris,, Move On ris. Sudah ada mas tofan yang lebih baik dari pada rendy”
“Kamu tau apa tentang rendy? Perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan ra”
Rara diam.. dan aku pun langsung dijemput oleh mas Tofan
“Aku pulang dulu ra”
“iya” jawab rara lirih
aku tau rara pasti kesel sama perkataanku tadi yang agak sedikit kasar, aku juga bingung kenapa sampai rara pun teman dekatku bisa ngomong hal semacam ini. Selama diperjalanan aku hanya diam, ga ada satu kata pun aku lontarkan tidak seperti biasanya, aku juga bingung kenapa, perasaan ini… entah kapan berubahnya menjadi dingin kaku seperti ini berada didekat mas tofan,
“Kamu Kenapa ris? Ada masalah ma kuliahnya?”
“Ga ada mas” kataku kaku… aku kenapa ini?  Kenapa tiba-tiba kaku begini
“Kamu sakit?”
“Ga” kataku cuek
“kamu beda hari ini, Aku punya salah ya ris?”
“ga salah apa-apa kok”
“terus ada apa?”
“ga apa-apa”
suasana kembali sunyi…
“Ris,aku suka sama kamu” Aku diam.. aku ga kaget mendengarnya
“Ris kamu masih mendengarkan aku kan? Kamu mau jadi pacarku?”
Dan aku Mengangguk sambil Ragu.. dan hari itu menit itu detik itu aku sudah mau mulai melihat kedepan, aku tidak mau mengaharapkan rendy yang bahkan tidak pernah menghubungiku lagi. Bahkan dia suka sama aku pun aku juga tidak tau. Aku mencoba membuka hatiku untuk mas tofan..
***
Sudah 2 tahun aku jadian sama mas tofan, dan semuanya lancar tidak ada hambatan, hubungan kita sama seperti kita dulu, baca buku, sharing, dan belajar bersama, dan aku sangat menikmatinya. Walaupun perasaanku belum sepenuhnya untuk mas tofan.
Dan saat itu juga mas tofan melamarku, tepat di hari jadian kita yang 2 tahun, aku menerimanya walau perasaanku masih ragu, aku ga mungkin menyakiti perasaan mas tofan yang sebaik itu, tidak mungkin. Dan 1 bulan lagi kita akan menikah…dan aku ga tau sudah siap apa tidak.
3 Minggu menjelang pernikahanku, seseorang mengirimku surat dan mengajak bertemu di sebuah kafe dan dia adalah Rendy
“Hai Ris”
“Hai…” aku kaget bukan main, perasaan senang ini, perasaan deg degan ini muncul tiba-tiba tidak tau arahnya dari mana. Tapi…
“apa kabar?” tanyaku basa-basi
“baik” katanya sambil tersenyum.. senyumnya manis sekali. Oh astaufirwah.. ini ga boleh terjadi, ingat riska,.. kamu sudah mau menikah. Lirih ku dalam hati
“ada hal penting apa yang mau di omongin?”
“Ris..(katanya sambil menatapku dan perasaan deg degan itu muncul kembali) selama ini aku kuliah 5 tahun untuk jadi dokter, dan harapanku untuk jadi Mhasiswa terbaik sudah aku raih, kamu ingat? Aku pernah bilang akan focus kuliah dulu, setelah itu aku akan menemui kamu, selama ini aku focus kuliah demi kamu, aku sudah janji akan menemui kamu setelah aku wisuda. Dan sekarang aku sudah jadi dokter ris”
“kamu senang?”
“ya jelas aku sangat senang, aku kesini menemu kamu, untuk menyatakan perasaanku padamu. Selama 6 tahun ini, aku sudah memendam perasaan suka padamu. Baru kali ini aku berani mengatakannya. Ris.. maukah kamu menikah denganku?”
“apa sekrang kamu bahagia?” jawabku sambil berkaca-kaca
“iya.. aku bahagia sudah bisa menyakatan ini padamu”
“apa kamu lebih mementingkan Kuliah mu dari pada perasaanmu? Ataupun perasaanku? Selama ini kamu kemana? Kenapa baru sekarang kamu datang menemui ku, kenapa disaat aku mengaharapkan kamu datang padaku, kamu tidak ada kabar, bahkan email ku tidak pernah kamu balas. Kenapa baru sekarang ren?” jawabku bersedu-sedu tidak bisa menahan air mata.
“apakah aku sudah terlambat?”
aku diam.. aku menangis, tidak berani menatap Rendy.
“siapa laki-laki itu?” aku hanya diam tak bisa berkata apa-apa..
“ini undangan pernikahanku, (sambil mengulurkan undangan pada rendy) aku menyukai mu ren, tapi itu dulu..” Rendy berkaca-kaca dan akhirnya dia juga menangis dihadapanku
“aku menunggu mu.. tapi ga tak kunjung datang, wanita mana yang mau menunggu ketidakpastian selama 9 tahun, sejak SMA? Aku sudah menutup pintu hatiku buat orang lain demi kamu, tapi kamu tidak kunjung datang. Saat itu aku mulai putus asa.. aku minta maaf”
Rendy diam dan aku pun langsung bergegas mengambil tas beranjak pergi dari rendy, aku mencoba tersenyum dan mengusap air mataku.
“mungkin kita tidak jodoh, datang ya ke pesta pernikahanku”
Aku langsung bergegas pergi meninggalkan rendy sendirian di kafe itu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar